AWAL MULA MASUK KOMUNIS KE INDONESIA

 


Awal  masuknya  ideologi  komunisme  ke  Indonesia  sejalan  tidak  pernah  terlepas  dari  peranan seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet.Pada  awal  masuknya  ke  Indonesia  Sneevliet  bekerja  disalah  satu  harian  di  Surabaya  yang  bernama  Soerabajasche  Handelsbad  sebagai  staff  redaksi  di  harian  tersebut.  Namun tidak lama berada di Surabaya, Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja  sebgai  sekertaris  di  salah  satu  maskapai  dagang  di  kota  tersebut.  Pada  saat  itu  kota  Semarang  merupakan  pusat  organisasi  buruh  kereta  api  Vereenigde  van  Spoor  en  Tramweg  Personnel  (VSTP)

Sneevliet sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP merupakan sebuah peluang besar untuk menumbuhkembangkan ideologi komunisme di Indonesia. Pada bulan Juli 1914 bersama   personil-personil   yang   tergabung   dalam   VSTP   seperti   P.   Bersgma,   J.A.   Brandstedder,  W.H.  Dekker  (pada  saat  itu  menjabat  sebagai  sekertaris  VSTP)  mempelopori  berdirinya    organisasi    politik    yang    bersifat    radikal,    Indische    Sosial    Democratische    Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India. ISDV kemudian menerbitkan surat kabar  Het  Vrije  Woord  (suara  kebebasan)  sebagai  media  propaganda  untuk  menyebarkan  .  Pada  awalnya  Sneevliet  di  sewa  oleh  VSTP  sebagai  propagondis  bayaran  untuk  menyebarkan  ajaran  yang  dianut  oleh  buruh  tersebut.  Melalui  kesempatan  inilah   Sneevliet   berkenalan   dengan   massa   buruh   sekaligus   menyebarluaskan   doktrin   pertentangan kelas yang dianut oleh ideologi komunisme.

Sneevliet adalah mantan ketua Serikat Buruh Nasional dan mantan pimpinan Partai Revolusioner Sosialis di salah satu provinsi di negeri belanda. VSTP merupakan Serikat Personel Kereta dan Trem yang telah berdiri sejak tahun 1908 di kota Semarang. Ajaran ajaran komunisme yang menjadi ideologi dari organisasi tersebut. Oleh karena anggota ISDV  terbatas  dikalangan  orang  orang  Belanda,  maka  organisasi  ini  belum  dapat  menjamah  dan  mempengaruhi  organisasi  pergerakan  nasional  seperti  Boedi  Oetomo  dan  Sarekat  Islam  (SI).

Setelah  revolusi  Rusia  meletus  pada  tahun  1917  dan  dimenangkan  oleh  kekuatan  komunis,   watak   gerakan   ISDV   pun   semakin   radikal   dan   tak   henti-hentinya   untuk   menyeberluaskan  ajaran  komunismenya.  Para  pemimpin  ISDV  semakin  gencar  untuk  terus  melakukan   endekatan   diri   terhadap   para   pemimpin   SI   di   Semarang.   Disamping   itu, Sneevliet  dan  kawan-kawan  juga  melakukan  propaganda  sampai  ke  lingkungan  angkatan  perang.   Sneevliet   terus   elakukan   ceramah-ceramah   politk   yang   tujuannya   adalah   menanamkan   benih-benih   komunisme   di   lingkungan   tersebut.   Kegiatan   Sneevliet   ini   sepenuhnya  dibantu  oleh  Branstedder  dan  van  Burink.    Atas  kerjasama  bersama  rekan  rekannya  Sneevliet  akhirnya  berhasil  menggagasi  terbentuknya  Raad  van  Matrozen  en  Mariniers  (Dewan  Kelasi  dan  Marinir),  suatu  organisasi  dilingkungan  militer  yang  bersifat  radikal   revolusioner.   Gebrakan   yang   dilakukan   Sneevliet   pun   diperkuat   dengan   di   terbitkannya  koran  Soldaten  en  Mattrozekrant  (koran  serdadu  dan  kelasi)  dalam  lingkungan    Usaha  ISDV  untuk  mendatkan  simpati  rakyat  tidak  berhasil,  karena  rakyat  ISDV  masih menjadi sebuah kesatuan terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Sneevliet  dan  kawan-kawan  sadar  betul  bahwa  untuk  mendapatkan  simpati  rakyat, ISDV  harus  mampu  berbaur  bersama  orang -orang  pribumi  dan  mendekatkan  diri  dengan  kekuatan/pergerakan  nasional  yang  sudah  ada  sebelumnya.  Melalui  organisasi  buruh  yang  ada  di  Semarang,  ISDV  melakukan  pendekatan  dengan  Sarekat  Islam  yang  pada  saat  itu  di  pimpin  oleh  Oemar  Said  Tjokroaminoto.  Sneevliet  kemudian  memanfaatkan  watak  anti  kolonialisme  dan  kapitalisme  yang  dianut  dalam  SI  untuk  melakukan  perlawanan  terhadap  pemerintahan Hindia Belanda. Isi  koran  ini  selalu  diwarnai  dengan  ide -ide  komunisme  yang  mengedepankan  ide-ide perjuangan kelas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sneevliet ternyata tercium oleh pemerintah Hindia Belanda.  Kemudian  pada  bulan  Desember  1918  Pemerintah  Hindia  Belanda  mengambil  tindakan  untuk  mengusir  Sneevliet  dari  Hindia  Belanda  karena  kegiatan  yang  dilakukannya dianggap  mulai  mengancam.  Pada  bulan  Desember  1919  rekan  Sneevliet  Brandstedder  juga  mengalami  hal  yang  sama  diusir  oleh  pemerintah  Hindia  Belanda.  Sekalipun  Sneevliet  dan  Brandstedder  telah  meninggalkan  Hindia  Belanda  (Indonesia)  namun  usaha  yang  mereka lakukan selama ini telah menemukan hasillnya. ISDV akhirnya berhasil menyebarkan ajaran -ajaran komunisme di Semarang dan mempengaruhi pimpinan SI Semarang yang pada saat itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono.

Setelah mendapatkan dukungan penuh dari SI Semarang, ISDV menjadi semakin kuat dan ajaran komunisme semakin dikenal oleh masyarakat. Pada tanggal 23 Mei 1920, tepatnya di gedung SI Semarang, ISDV sepakat mengganti namanya menjadi Perserikatan Komunis di Indie  (PKI). Perubahan  nama  ini  diperuntukan  supaya  organisasi  ini  lebih  tegas  dalam  mengedepankan  nama  komunisme  sebagai  ideologi  dari  organisasi  mereka  selama  ini.

Semaun  dipilih  sebagai  ketua  dan  Darsono  sebagai  wakilnya.  Beberapa  tokoh  ISDV  yang  orang  belanda  diangkat  sebagai  pendamping  antara  lain  Bergsma  sebagai  sekertaris,  Dekker  sebagai  bendahara  dan  A.  Barrs  sebagai  salah  satu  anggotanya. Sekalipun  Semaun  dan  Darsono  telah  menjadi  pimpinan  PKI,  namun  mereka  tetap  menjadi  pimpinan  SI  Semarang.  Hal ini disebabkan karena pada saat itu CSI (Central Sarekat Islam)  masih memperbolehkan anggotanya untuk menjadi anggota dari organisasi lain.

Post a Comment

Previous Post Next Post